Selasa, 06 Januari 2015

Mengenal 4 Sifat Dasar atau Karakter Kepribadian Manusia

Banyak orang ternyata suka bikin rencana. Lalu besoknya bikin lagi. Besoknya bikin lagi. Tapi nggak ada satu pun yang jadi :)


.4 karakter manusia
Mengapa bisa begitu?
Florence Litteur, penulis buku laris  “Personality Plus” menguraikan, ada 4 sifat dasar atau karakter manusia. Kalau semua sudah dipahami, kita akan sangat terbantu sekali berhubungan dengan berbagai macam karakter atau tipe kepribadian orang lain.
Kita jadi mengerti mengapa seorang suami tiba-tiba marah sekali ketika meja kerjanya yang sebelumnya berantakan kita atur menjadi rapi.
Kita juga akan mudah memahami mengapa seseorang begitu gampang berjanji… dan hebatnya, dengan mudah pula ia lupa,  “Oh ya, saya lupa” katanya sambil tertawa santai.
Kita juga akan mudah mengerti mengapa seorang istri nggak mau dengar sedikitpun pendapat suaminya, tak mau kalah, terus saja mempertahankan diri, selalu merasa benar dengan pendapatnya dan makin sengit bertengkar kalau kita mau coba-coba untuk mengalahkannya.
Apa saja 4 karakter kepribadian tersebut?
Yang pertama, kata Florence adalah tipe kepribadian Sanguinis, “Yang Populer”. Mereka yang memiliki karakter ini cenderung ingin populer, ingin disenangi oleh orang lain. Hidupnya penuh dengan bunga warna-warni. Mereka senang sekali bicara tanpa bisa dihentikan. Gejolak emosinya bergelombang dan transparan. Pada suatu saat ia berteriak kegirangan, dan beberapa saat kemudian ia bisa jadi menangis tersedu-sedu.
Namun sifat manusia tipe sanguinis ini sedikit agak pelupa, sulit berkonsentrasi, cenderung berpikir `pendek’, dan hidupnya serba tak beratur.
Jika suatu kali anda lihat meja kerja pegawai anda cenderung berantakan, agaknya bisa jadi ia seorang yang punya kepribadian sanguinis. Kemungkinan besar ia memiliki sifat dasar kurang mampu berdisiplin dengan waktu, sering lupa  janji apalagi bikin planning/rencana.
Menariknya, kalau diminta melakukan sesuatu, ia dengan cepat mengiyakannya dan terlihat sepertinya betul-betul hal itu akan ia lakukan. Dengan semangat sekali ia buktikan bahwa ia bisa dan akan segera melakukannya. Tapi percayalah, beberapa hari kemudian ia tak lakukan apapun juga.
Lain lagi dengan tipe kepribadian kedua, yang sering disebut karakter melankoli, artinya “Yang Sempurna”. Karakter manusia golongan ini sangat berseberangan dengan tipe sanguinis. Sifat dasarnya cenderung serba teratur, rapi, terjadwal, tersusun sesuai pola. Umumnya manusia dengan tipe kepribadian ini suka dengan fakta-fakta, data-data, angka-angka dan sering sekali memikirkan segalanya secara mendalam. Dalam sebuah pertemuan, orang sanguinis selalu saja mendominasi pembicaraan, namun manusia melankoli cenderung menganalisa, memikirkan, mempertimbangkan, lalu kalau bicara pastilah apa yang ia katakan betul-betul hasil yang ia pikirkan sudah secara mendalam.
Orang dengan sifat melankoli selalu ingin serba sempurna. Segala sesuatu ingin teratur. Karena itu jangan heran jika balita anda yang “melankoli” tak ‘kan bisa tidur hanya gara-gara selimut yang membentangi tubuhnya belum tertata rapi. Dan jangan pula coba-coba mengubah isi lemari yang telah disusun istri melankoli anda, sebab betul-betul ia tata-apik sekali, sehingga warnanya, jenisnya, klasifikasi pemakaiannya sudah ia perhitungkan dengan rapi. Kalau perlu ia tuliskan satu per satu tata letak setiap jenis pakaian tersebut. Ia akan dongkol sekali kalau susunan itu tiba-tiba jadi berubah.
Tipe Ketiga, adalah manusia Koleris, artinya “Yang Kuat”.  Mereka dengan tipe kepribadian ini suka sekali mengatur orang, suka tunjuk-tunjuk atau perintah-perintah orang, bahkan orang tuanya sekalipun. Ia tak ingin ada penonton dalam aktivitasnya. Bahkan tamu pun bisa saja ia suruh melalukan sesuatu untuknya.
Akibat sifatnya yang `bossy’  itu, banyak orang koleris kurang disenangi teman. Orang-orang berusaha menghindar, menjauh agar tak jadi korban karakternya yang suka ngatur dan tak mau kalah itu.
Akan tetapi karakter koleris ini senang dengan tantangan dan suka petualangan. Mereka merasa, “hanya saya yang bisa menyelesaikan segalanya; tanpa saya berantakan semua“. Karena itu mereka terlihat “goal oriented”, tegas, kuat, cepat dan tangkas mengerjakan sesuatu. Baginya tak ada istilah tidak mungkin.
Seorang wanita koleris, bisa jadi mau dan berani diajak naik tebing, memanjat pohon, bertarung ataupun memimpin peperangan. Kalau ia sudah kobarkan semangat “ya pasti jadi…” maka hampir dapat dipastikan apa yang akan ia lakukan akan tercapai seperti yang ia katakan. Ia tak mudah menyerah, tak mudah mengalah.
Beda sekali dengan jenis atau tipe keempat, Phlegmatis,  sang “Pecinta Damai”. Kelompok ini tak suka konflik, karena itu disuruh apa saja ia mau lakukan, sekalipun ia sendiri nggak suka. Baginya kedamaian adalah segala-galanya. Jika timbul masalah atau pertengkaran, ia akan berusaha mencari solusi yang damai tanpa timbul pertengkaran. Ia mau merugi sedikit atau rela sakit, asalkan masalahnya nggak terus berkepanjangan.
Kaum dengan karakter phlegmatis ini, biasanya kurang bersemangat, kurang teratur dan tampak serba dingin. Cenderung diam, kalem, tapi kalau memecahkan masalah umumnya akan sangat menyenangkan.
Dengan sabar ia mau jadi pendengar yang baik. Tapi kalau disuruh mengambil keputusan sendiri, ia akan terus menunda-nunda. Kalau anda lihat tiba-tiba ada sekelompok orang berkerumun mengelilingi satu orang yang asyik bicara terus, maka pastilah para pendengar yang berkerumun itu orang-orang phlegmatis, sedang yang bicara tentu saja sang Sanguinis.
Terkadang sedikit serba salah berurusan dengan para phlegmatis ini. Ibarat keledai, “kalau didorong ngambek, tapi kalau dibiarin nggak jalan“. Jadi kalau anda punya staf atau pegawai phlegmatis, anda harus rajin memotivasinya sampai ia termotivasi sendiri oleh dirinya.
Mencoba Mengerti Orang Lain
Anda masuk tipe apa? Coba pelajari dan amati istri, suami atau anak-anak anda, apa karakter mereka?Anda akan mulai mengerti mengapa suami-istri-anak-rekan anda bertingkah laku “seperti itu” selama ini. Dan anda pun akan tertawa sendiri mengingat-ingat berbagai perilaku dan kejadian selama ini.
Ya, tapi apakah persis begitu? Tentu saja tidak. Florence Litteur, berdasarkan penelitiannya bertahun-tahun telah melihat bahwa ternyata 4 sifat dasar manusia itu pada hakikatnya juga dimiliki oleh setiap manusia. Yang berbeda hanyalah kadarnya. Oleh sebab itu muncullah beberapa kombinasi watak karakter manusia.
Ada orang yang tergolong Koleris Sanguinis. Artinya kedua watak itu dominan dalam mempengaruhi cara kerja dan pola hubungannya dengan orang lain. Di sekitar kita banyak sekali orang-orang koleris sanguinis ini. Ia suka mengatur-atur orang, tapi juga senang bicara (dan mudah juga jadi pelupa).
Ada pula golongan Koleris Melankolis. Mungkin anda akan kurang suka bergaul dengan dia. Bicaranya dingin, kalem, kaku, suka mengatur, tak mau kalah dan kalau bicara kadang kerasa agak menyakitkan (walau mungkin sebetulnya ia tak bermaksud begitu).
Setiap jawaban anda selalu ia kejar sampai mendalam. Sehingga serasa diintrogasi, sebab memang ia ingin kondisi sempurna, mengetahui secara lengkap dan mendalam. Menghadapi orang koleris melankolik, anda harus fahami saja sifatnya yang memang begitu lalu sedikit naikkan tingkat kesabaran anda. Yang penting sekarang anda tahu, bahwa ia sebetulnya juga baik, walau tampak di permukaan kadang kurang simpatik, itu saja.
Lain lagi dengan kaum Phlegmatis Melankolis. Pembawaannya diam, tenang, tapi ingat… semua yang anda katakan, akan ia pikirkan, ia analisa. Lalu saat mengambil keputusan pastilah keputusannya berdasarkan perenungan yang mendalam dan ia pikirkan matang-matang.
Banyak lagi tentunya kombinasi-kombinasi yang ada pada tiap manusia. Akan tetapi yang penting adalah bagaimana memanfaatkannya dalam berbagai aktivitas hidup kita.
Jika suami istri saling mengerti sifat dan watak ini, mereka akan cenderung berusaha memaafkan pasangannya. Lalu berusaha untuk menyikapinya secara bijaksana.
Begitu pula saat menerima calon pegawai. Untuk bidang-bidang yang membutuhkan tingkat ketelitian dan keteraturan yang tinggi, jauh lebih baik anda tempatkan orang-orang yang melankolik sempurna.
Sedang di bagian promosi, iklan, resepsionis, MC, humas, wiraniaga, tentu jauh lebih tepat anda tempatkan orang-orang koleris sanguinis. Tapi jangan coba posisikan orang-orang phlegmatis di bagian penagihan ataupun penjualan. Hasilnya mungkin akan mengecewakan.
Begitulah, manusia memang sangat beragam. Muncul sedikit tanda tanya, diantara semua watak itu, mana yang paling baik?
Jawabannya, menurut Florence, tak ada yang paling baik. Semuanya baik. Tanpa manusia sanguinis, dunia ini akan sepi. Tanpa orang melankoli, mungkin tak ada kemajuan di bidang riset, keilmuan dan budaya. Tanpa kaum koleris, dunia ini akan berantakan tanpa arah dan tujuan. Tanpa sang phlegmatis, tiada orang bijak yang mampu mendamaikan dunia.
Yang penting bukan mana yang terbaik. Sebab kita semua bisa mengasah keterampilan kita berhubungan dengan orang lain (interpersonal skill).
Seorang yang ahli dalam berurusan dengan orang lain (memiliki people skill), ia akan mudah beradaptasi dengan berbagai watak itu. Ia tahu bagaimana menghadapi sifat pelupa dan watak acaknya kaum sanguinis, misalnya dengan memintanya untuk selalu buat rencana dan memintanya melakukan segera. Ia pun jago memanas-manasi (menantang) potensi orang koleris mencapai goal-nya, atau membakar sang phlegmatis agar segera bertindak saat itu juga.
“Inilah seninya”, kata Florence “dalam berinteraksi dengan orang lain”. Tentu saja awalnya adalah, “Anda dulu yang harus berubah”. Belajarlah jadi pengamat tingkah laku manusia…(lalu tertawalah)
penulis: Nilna Iqbal