Banyak orang ternyata suka bikin rencana. Lalu besoknya bikin lagi. Besoknya bikin lagi. Tapi nggak ada satu pun yang jadi
Mengapa bisa begitu?
Florence Litteur, penulis buku laris “Personality Plus” menguraikan, ada 4 sifat dasar atau karakter manusia. Kalau semua sudah dipahami, kita akan sangat terbantu sekali berhubungan dengan berbagai macam karakter atau tipe kepribadian orang lain.
Kita jadi mengerti mengapa seorang suami tiba-tiba marah sekali
ketika meja kerjanya yang sebelumnya berantakan kita atur menjadi rapi.
Kita juga akan mudah memahami mengapa seseorang begitu gampang
berjanji… dan hebatnya, dengan mudah pula ia lupa, “Oh ya, saya lupa”
katanya sambil tertawa santai.
Kita juga akan mudah mengerti mengapa seorang istri nggak mau dengar
sedikitpun pendapat suaminya, tak mau kalah, terus saja mempertahankan
diri, selalu merasa benar dengan pendapatnya dan makin sengit bertengkar
kalau kita mau coba-coba untuk mengalahkannya.
Apa saja 4 karakter kepribadian tersebut?
Yang pertama, kata Florence adalah tipe kepribadian Sanguinis,
“Yang Populer”. Mereka yang memiliki karakter ini cenderung ingin
populer, ingin disenangi oleh orang lain. Hidupnya penuh dengan bunga
warna-warni. Mereka senang sekali bicara tanpa bisa dihentikan. Gejolak
emosinya bergelombang dan transparan. Pada suatu saat ia berteriak
kegirangan, dan beberapa saat kemudian ia bisa jadi menangis
tersedu-sedu.
Namun sifat manusia tipe sanguinis ini sedikit agak pelupa, sulit berkonsentrasi, cenderung berpikir `pendek’, dan hidupnya serba tak beratur.
Jika suatu kali anda lihat meja kerja pegawai anda cenderung
berantakan, agaknya bisa jadi ia seorang yang punya kepribadian
sanguinis. Kemungkinan besar ia memiliki sifat dasar kurang mampu
berdisiplin dengan waktu, sering lupa janji apalagi bikin planning/rencana.
Menariknya, kalau diminta melakukan sesuatu, ia dengan cepat
mengiyakannya dan terlihat sepertinya betul-betul hal itu akan ia
lakukan. Dengan semangat
sekali ia buktikan bahwa ia bisa dan akan segera melakukannya. Tapi
percayalah, beberapa hari kemudian ia tak lakukan apapun juga.
Lain lagi dengan tipe kepribadian kedua, yang sering disebut karakter melankoli,
artinya “Yang Sempurna”. Karakter manusia golongan ini sangat
berseberangan dengan tipe sanguinis. Sifat dasarnya cenderung serba
teratur, rapi, terjadwal, tersusun sesuai pola. Umumnya manusia dengan tipe kepribadian
ini suka dengan fakta-fakta, data-data, angka-angka dan sering sekali
memikirkan segalanya secara mendalam. Dalam sebuah pertemuan, orang
sanguinis selalu saja mendominasi pembicaraan, namun manusia melankoli
cenderung menganalisa, memikirkan, mempertimbangkan, lalu kalau bicara
pastilah apa yang ia katakan betul-betul hasil yang ia pikirkan sudah
secara mendalam.
Orang dengan sifat melankoli selalu ingin serba sempurna. Segala
sesuatu ingin teratur. Karena itu jangan heran jika balita anda yang
“melankoli” tak ‘kan bisa tidur hanya gara-gara selimut yang membentangi
tubuhnya belum tertata rapi. Dan jangan pula coba-coba mengubah isi
lemari yang telah disusun istri melankoli anda, sebab betul-betul ia
tata-apik sekali, sehingga warnanya, jenisnya, klasifikasi pemakaiannya
sudah ia perhitungkan dengan rapi. Kalau perlu ia tuliskan satu per satu
tata letak setiap jenis pakaian tersebut. Ia akan dongkol sekali kalau
susunan itu tiba-tiba jadi berubah.
Tipe Ketiga, adalah manusia Koleris,
artinya “Yang Kuat”. Mereka dengan tipe kepribadian ini suka sekali
mengatur orang, suka tunjuk-tunjuk atau perintah-perintah orang, bahkan
orang tuanya sekalipun. Ia tak ingin ada penonton dalam aktivitasnya.
Bahkan tamu pun bisa saja ia suruh melalukan sesuatu untuknya.
Akibat sifatnya yang `bossy’ itu, banyak orang koleris kurang
disenangi teman. Orang-orang berusaha menghindar, menjauh agar tak jadi
korban karakternya yang suka ngatur dan tak mau kalah itu.
Akan tetapi karakter koleris ini senang dengan tantangan dan suka petualangan. Mereka merasa, “hanya saya yang bisa menyelesaikan segalanya; tanpa saya berantakan semua“. Karena itu mereka terlihat “goal oriented”, tegas, kuat, cepat dan tangkas mengerjakan sesuatu. Baginya tak ada istilah tidak mungkin.
Seorang wanita koleris,
bisa jadi mau dan berani diajak naik tebing, memanjat pohon, bertarung
ataupun memimpin peperangan. Kalau ia sudah kobarkan semangat “ya pasti jadi…”
maka hampir dapat dipastikan apa yang akan ia lakukan akan tercapai
seperti yang ia katakan. Ia tak mudah menyerah, tak mudah mengalah.
Beda sekali dengan jenis atau tipe keempat, Phlegmatis,
sang “Pecinta Damai”. Kelompok ini tak suka konflik, karena itu disuruh
apa saja ia mau lakukan, sekalipun ia sendiri nggak suka. Baginya
kedamaian adalah segala-galanya. Jika timbul masalah
atau pertengkaran, ia akan berusaha mencari solusi yang damai tanpa
timbul pertengkaran. Ia mau merugi sedikit atau rela sakit, asalkan
masalahnya nggak terus berkepanjangan.
Kaum dengan karakter phlegmatis ini, biasanya kurang bersemangat,
kurang teratur dan tampak serba dingin. Cenderung diam, kalem, tapi
kalau memecahkan masalah umumnya akan sangat menyenangkan.
Dengan sabar ia mau jadi pendengar yang baik. Tapi kalau disuruh mengambil keputusan
sendiri, ia akan terus menunda-nunda. Kalau anda lihat tiba-tiba ada
sekelompok orang berkerumun mengelilingi satu orang yang asyik bicara
terus, maka pastilah para pendengar yang berkerumun itu orang-orang
phlegmatis, sedang yang bicara tentu saja sang Sanguinis.
Terkadang sedikit serba salah berurusan dengan para phlegmatis ini. Ibarat keledai, “kalau didorong ngambek, tapi kalau dibiarin nggak jalan“.
Jadi kalau anda punya staf atau pegawai phlegmatis, anda harus rajin
memotivasinya sampai ia termotivasi sendiri oleh dirinya.
Mencoba Mengerti Orang Lain
Anda masuk tipe apa? Coba pelajari dan amati istri, suami atau anak-anak
anda, apa karakter mereka?Anda akan mulai mengerti mengapa
suami-istri-anak-rekan anda bertingkah laku “seperti itu” selama ini.
Dan anda pun akan tertawa sendiri mengingat-ingat berbagai perilaku dan
kejadian selama ini.
Ya, tapi apakah persis begitu? Tentu saja tidak. Florence Litteur,
berdasarkan penelitiannya bertahun-tahun telah melihat bahwa ternyata 4 sifat dasar manusia
itu pada hakikatnya juga dimiliki oleh setiap manusia. Yang berbeda
hanyalah kadarnya. Oleh sebab itu muncullah beberapa kombinasi watak
karakter manusia.
Ada orang yang tergolong Koleris Sanguinis. Artinya
kedua watak itu dominan dalam mempengaruhi cara kerja dan pola
hubungannya dengan orang lain. Di sekitar kita banyak sekali orang-orang
koleris sanguinis ini. Ia suka mengatur-atur orang, tapi juga senang
bicara (dan mudah juga jadi pelupa).
Ada pula golongan Koleris Melankolis. Mungkin anda
akan kurang suka bergaul dengan dia. Bicaranya dingin, kalem, kaku, suka
mengatur, tak mau kalah dan kalau bicara kadang kerasa agak menyakitkan
(walau mungkin sebetulnya ia tak bermaksud begitu).
Setiap jawaban anda selalu ia kejar sampai mendalam. Sehingga serasa
diintrogasi, sebab memang ia ingin kondisi sempurna, mengetahui secara
lengkap dan mendalam. Menghadapi orang koleris melankolik, anda harus
fahami saja sifatnya yang memang begitu lalu sedikit naikkan tingkat
kesabaran anda. Yang penting sekarang anda tahu, bahwa ia sebetulnya
juga baik, walau tampak di permukaan kadang kurang simpatik, itu saja.
Lain lagi dengan kaum Phlegmatis Melankolis. Pembawaannya diam, tenang, tapi ingat… semua yang anda katakan, akan ia pikirkan, ia analisa. Lalu saat mengambil keputusan pastilah keputusannya berdasarkan perenungan yang mendalam dan ia pikirkan matang-matang.
Banyak lagi tentunya kombinasi-kombinasi yang ada pada tiap manusia.
Akan tetapi yang penting adalah bagaimana memanfaatkannya dalam berbagai
aktivitas hidup kita.
Jika suami istri saling mengerti sifat dan watak ini, mereka akan
cenderung berusaha memaafkan pasangannya. Lalu berusaha untuk
menyikapinya secara bijaksana.
Begitu pula saat menerima calon pegawai. Untuk bidang-bidang yang
membutuhkan tingkat ketelitian dan keteraturan yang tinggi, jauh lebih
baik anda tempatkan orang-orang yang melankolik sempurna.
Sedang di bagian promosi, iklan, resepsionis, MC, humas, wiraniaga,
tentu jauh lebih tepat anda tempatkan orang-orang koleris sanguinis.
Tapi jangan coba posisikan orang-orang phlegmatis di bagian penagihan
ataupun penjualan. Hasilnya mungkin akan mengecewakan.
Begitulah, manusia memang sangat beragam. Muncul sedikit tanda tanya, diantara semua watak itu, mana yang paling baik?
Jawabannya, menurut Florence, tak ada yang paling baik. Semuanya
baik. Tanpa manusia sanguinis, dunia ini akan sepi. Tanpa orang
melankoli, mungkin tak ada kemajuan di bidang riset, keilmuan dan
budaya. Tanpa kaum koleris, dunia ini akan berantakan tanpa arah dan
tujuan. Tanpa sang phlegmatis, tiada orang bijak yang mampu mendamaikan
dunia.
Yang penting bukan mana yang terbaik. Sebab kita semua bisa mengasah
keterampilan kita berhubungan dengan orang lain (interpersonal skill).
Seorang yang ahli dalam berurusan dengan orang lain (memiliki people
skill), ia akan mudah beradaptasi dengan berbagai watak itu. Ia tahu
bagaimana menghadapi sifat pelupa dan watak acaknya kaum sanguinis,
misalnya dengan memintanya untuk selalu buat rencana dan memintanya
melakukan segera. Ia pun jago memanas-manasi (menantang) potensi orang
koleris mencapai goal-nya, atau membakar sang phlegmatis agar segera
bertindak saat itu juga.
“Inilah seninya”, kata Florence “dalam berinteraksi dengan orang
lain”. Tentu saja awalnya adalah, “Anda dulu yang harus berubah”.
Belajarlah jadi pengamat tingkah laku manusia…(lalu tertawalah)
penulis: Nilna Iqbal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar